(source: www.pmarrisalah.com)
Tiga puluh tahun yang lalu, sebuah dusun yang bernama Bakalan, masih dalam kondisi yang sangat minim baik secara ekonomi dan ilmu pengetahuan. Sebagian besar pemuda dusun ini putus sekolah lantaran keterbatasan biaya. Kondisi inilah yang menjadi salah satu panggilan seorang lulusan KMI Pondok Modern Gontor, Muhammad Ma’shum Yusuf untuk terpanggil pulang ke dusunnya meskipun dia telah mengabdi di almamaternya lebih dari puluh tahun. Mulai dari saat itu, pemuda di sekitar rumah orang tuanya, diajari berbagai macam ilmu layaknya seperti mengajar di Pondok Modern Gontor. Semuanya masih dalam kondisi yang sangat terbatas. Tidak punya kelas. Tidak punya bangku. Tidak punya meja. Akan tetapi, pengajar dan muridnya punya semangat yang membaja. Semangat untuk mengajar dan semangat untuk mencari ilmu meskipun proses belajar mengajar di bawah pohon.
Tiga puluh tahun yang lalu, sebuah dusun yang bernama Bakalan, masih dalam kondisi yang sangat minim baik secara ekonomi dan ilmu pengetahuan. Sebagian besar pemuda dusun ini putus sekolah lantaran keterbatasan biaya. Kondisi inilah yang menjadi salah satu panggilan seorang lulusan KMI Pondok Modern Gontor, Muhammad Ma’shum Yusuf untuk terpanggil pulang ke dusunnya meskipun dia telah mengabdi di almamaternya lebih dari puluh tahun. Mulai dari saat itu, pemuda di sekitar rumah orang tuanya, diajari berbagai macam ilmu layaknya seperti mengajar di Pondok Modern Gontor. Semuanya masih dalam kondisi yang sangat terbatas. Tidak punya kelas. Tidak punya bangku. Tidak punya meja. Akan tetapi, pengajar dan muridnya punya semangat yang membaja. Semangat untuk mengajar dan semangat untuk mencari ilmu meskipun proses belajar mengajar di bawah pohon.
Dari
sinilah, Pondok Modern Arrisalah berdiri. Santri yang pada awalnya hanya
berasal dari pemuda putus sekolah sekitar dusun Bakalan, lama kelamaan
berdatangan dari dusun yang lebih jauh. Pada awal berdirinya, bernama
Madinatul Thullab. Pondok Modern Arrisalah diresmikan oleh KH Imam
Zarkasyi pada tanggal 1 Muharram 1403 H bertepatan dengan tanggal 18
Oktober 1982. Bangunan kelas yang sederhana mulai dibangun. Bangku dan
meja yang berasal dari kayu seadanya pun mulai dibuat hasil jerih payah
para santri. Para santri periode perintisan selain belajar, mereka juga
membangun sendiri tempat belajar mereka. Mereka mencari pasir ke sungai.
Mencari kayu dan lain sebagainya sebagai perlengkapan untuk menunjang
proses belajar mengajar. Mereka terus bermujahadah, bekerja, berbuat
untuk menunjang proses dan kegiatan belajar mengajar dengan penuh
keikhlasan. Untuk meninggikan kalimat Allah.
Pondok
Modern Arrisalah, kini telah berusia tiga puluh tahun. Sarana dan
prasarana untuk pendidikan sudah jauh berbeda. Kondisi sarana dan
prasarana untuk kegiatan dan proses belajar mengajar sudah cukup
memadai. Jumlah ruangan baik untuk tempat tinggal dan belajar sudah
sangat mencukupi. Proses belajar mengajar di bawah sudah tidak ada lagi.
Kondisi masyarakat sekitar Pondok pun juga sudah berubah.
Di
usianya yang ketiga puluh, Pondok Modern Arrisalah bergerak ke depan
untuk tetap dan eksis mendidik dan mengajar para kader umat yang bukan
hanya datang dari kampung sekitar akan tetapi seluruh kader umat dari
seluruh pelosok negeri dan dari berbagai macam kalangan dan golongan
dengan penuh mujahadah, kesungguhan dan keikhlasan seperti di awal
perintisannya. Hanya untuk meninggikan kalimat Allah. Selamat Milad Yang
Ke Tiga Puluh.