Minggu, 18 Maret 2012

Belajar Kepada Sebuah Jam


S
eorang anak balita begitu terheran dengan benda berbentuk lingkaran yang dipenuhi angka-angka. Tiga buah jarum yang menunjuk angka-angka di lingkaran itu pun kian membuatnya tercenung.

Ada jarum tipis warna merah yang menunjuk dari satu angka ke angka lain dengan begitu cepat. Ada jarum yang lebih tebal dan lebih panjang yang bergerak lebih lamban. Dan, ada jarum pendek gemuk yang nyaris tak bergerak, tapi bisa berpindah ketika dalam waktu lama tak diperhatikan.
Yang lebih menarik dari semua pemandangan di benda itu adalah ketika pada saat tertentu, ada burung mainan yang tiba-tiba keluar dari bawah lingkaran tersebut dengan suara khas. “Kuk kuk…kuk kuk…kuk kuk…!”

Saat itulah, sang anak pun melompat riang. Tapi, ia masih bingung dengan benda itu.
“Itu jam, anakku,” suara sang ibu tiba-tiba muncul dari balik tubuh mungil si batita.
“Jam…?” sahut si batita seraya mengungkapkan rasa ingin tahunya.

“Iya. Itu jam. Perhatikanlah, sang burung tidak akan bernyanyi kalau si jarum pendek gemuk tetap saja diam, dan si jarum pendek gemuk akan tetap diam jika si jarum tebal panjang hanya berhenti. Kemudian, dua jarum itu tidak akan bergerak kalau saja si jarum merah kecil tidak bergerak lincah,” jelas sang ibu sambil memperhatikan wajah si batita yang begitu serius menatap ibunya. Sesekali, pandangannya menoleh ke arah jam, untuk memastikan kebenaran yang diucapkan ibunya.

“Dan anakku, semua jarum-jarum itu bergerak ke arah yang sama,” tambah sang ibu sambil menunjuk ke arah gerakan jam.
*******
Jam, dalam makna kehidupan tidak selalu menunjukkan nilai sebuah waktu. Ada sisi lain yang bisa diambil hikmah dari gerakan tiga jarum dalam jam.

Dalam dinamika sebuah organisasi, dinamika tiga jarum jam memberikan makna tersendiri bagaimana interaksi produktif antara pimpinan, manajer, dan pelaksana. Seperti tiga jarum jam, masing-masing level punya intensitas gerakan yang berbeda, karena bobot dan pengaruh gerakannya memang berbeda.

Namun, walaupun punya gerakan yang seolah berbeda, semua level tidak ada yang diam. Semua bergerak dalam sistem yang begitu harmonis. Keharmonisan gerak tiga level inilah yang menghasilkan ‘pengingat suara burung’ yang begitu bermanfaat untuk orang banyak.

Tapi, dari semua nilai pelajaran yang ada dalam tiga level jarum jam, ada satu pakem yang jika dilanggar akan berakibat sangat fatal. Yaitu, walaupun beda level dan beda intensitas gerak, ketiga jarum bergerak dalam arah yang sama.

Belajar dari sebuah Jam, maka kita bisa belajar bahwa dalam organisasi, kekompakan antara semua pihak sangatlah penting. Meskipun jabatan, jenis pekerjaan, beban kerja, dan kepentingan individu yang berbeda-beda, itu tidak dapat dijadikan alasan untuk “melawan arah”.

Bagi yang merasa bahwa dirinya adalah “Jarum Merah/Detik” maka haus bergerak lebih cepat dan tangkas dari pada “Jarum Menit”. Dan begitu pula seterusnya. Menyadari pentingnya kekompakan, maka juga harus diketahui apakah “musuh” kekompakan itu. Ya, ia adalah keegoisan dan merasa dirinya yang paling penting.

Perlu diketahui bahwa Si Jam membutuhkan Si Menit untuk bergerak, dan Si Menit juga membutuhkan Si Detik untuk bergerak. Sebaliknya Usaha Si Detik tidak akan terasa pengaruhnya jika tidak ada Si Menit, dan Langkah Si Menit tidak akan diakui tanpa adanya Si Jam. Semuanya ternyata saling membutuhkan satu sama lain.

Masihkah kita merasa menjadi “Orang Paling Penting” atau “Orang Tidak Penting”?.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda