Minggu, 26 Desember 2010

“GHOIRU……”

Jika kita memperhatikan gaya bahasa para santri, baik santriwan maupun santriwati, kita akan mendapati beragam gaya bahasa yang unik atau dalam istilah lain biasa disebut bahasa gaul. Baik ketika mereka menggunakan bahasa Indonesia, bahasa inggris, bahkan bahasa arab sekalipun.

Salah satu kosa kata unik yang sering terdengar ditelinga kita, saat kita menggunakan bahasa arab adalah kata “ghoiru”, yang mana kata ini diartikan dengan arti “enggak banget”. Padahal dalam bahasa arab, kata ghoiru tidaklah berarti demikian. Namun saat ini, biasanya kata ghoiru digunakan untuk melebeli sesuatu yang dipandang aneh, lucu, atau untuk sesorang yang melakukan sesuatu yang kita rasa tidak pantas.

Ketika ada kritik tentang hal ini, biasanya akan dijawab dengan “ah, ya gak pa pa lah…kita kan mang bukan orang arab….” atau “ biasanya gitu kok…..”. Pernyataan inilah yang selama ini menjadi asumsi salah oleh sebagian besar dari kita, dan akan selamanya digunakan jika tidak ada upaya pembenaran yang dimulai sejak dini. Oleh karenanya para santri layaknya mendapat angin segar dan juga sebuah legalitas untuk menciptakan kosa kata secara asal-asalan (ngawur).

Contoh lainnya adalah kata “ghoma”. Kata ghoma biasanya digunakan sebagai singkatan dari “Ghoiru mafhum”. Namun dapat pula diartikan dengan “ghoiru ma’qul, ghoiru masyru’, ghoiru mu’addab, dll…”

Pada hakikatnya, bahasa-bahasa singkat seperti ini tidak hanya digunakan oleh para pelajar arab yang ada di Indonesia saja, tetapi juga para pelajar yang sudah berada di derah arab, yang nota bene bahasa kesehariannya adalah bahasa arab.

Ada singkatan yang sangat terkenal dikalangan mahasiswa Indonesia di Mesir, yakni IBM. Tidak ada kaitannya dengan merek terkenal dalam dunia komputer. Itu adalah kependekan dari kata : InsyaAllah, Bukrah, dan Ma’aleisy.

Para mahasiswa Indonesia, biasanya menggunakan kata ini sebagai joke, atau sindiran kepada orang-orang Mesir dalam hal pelayanan. Diawal janjinya mereka selalu mengatakan “InsyaAllah”-jika Allah menghendaki. Artinya mereka tidak berani memastikan, kapan sesuatu yang dijanjikan itu selesai. Sayangnya, jika waktu yang dijanjikan sudah datang, dan mereka belum bisa memenuhinya, mereka akan mengatakan “bukrah”- besok. Ketika besok ditagih, tetapi janjinya juga belum bisa dipenuhi, mereka berkelit lagi dengan kata “bukrah”. Besoknya mereka akan berkelit dengan kata “bukrah” lagi. Dan jika terbukti tak bisa memenuhi juga, dengan ringan mereka akan mengatakan, “ma’aaleisy”-mohon ma’af, ngapunten atau sepurane dalam bahasa jawa.

Ungkapan yang semestinya biasa itu, menjadi ‘luar biasa” dan sangat menjengkelkan bagi mahasiswa Indonesia, karena hampir tiap hari terjadi. Agaknya IBM sudah menjadi kebiasaan mereka.

Dari cara pandang yang salah seperti dalam penggunaan kata ghoiru dan ghoma ini, maka kemunculan bahasa-bahasa yang tidak benar seperti ini sudah menjadi sesuatu yang umum dan tak perlu untuk dipermasalahkan. Padahal, hal ini dapat berakibat buruk bagi kwalitas bahasa arab kita. Oleh karenanya, perlu ada revolusi dan pembenahan bahasa yang mendasar untuk menuju pada kwalitas bahasa yang lebih baik.


0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda