Minggu, 31 Oktober 2010

Antara Bencana Dan Maksiat

 Dalam bulan Oktober ini, tiga musibah besar menimpa negeri kita. Dari mulai banjir bandang di Wasior, Gempa dan Tsunami di Mentawai, hingga letusan gunung Merapi di Yogyakarta. Ratusan jiwa menjadi korban, berbagai bantuan terus mengalir, para ahli pun diturunkan untuk mengatasi bencana ini dan untuk mengantisipasi bencana yang diperkirakan akan datang lagi.
Hanya saja, kebanyakan dari para ahli ini hanya menjelaskan tragedi ini hanya sebatas dari sisi logis saja. Kita menjumpai berbagai teori yang seakan-akan kejadian ini hanyalah gejala alam, perubahan iklim dan lainnya. Tanpa sedikitpun menghubungkan dengan Sang Pencipta musibah yang sebenarnya. Yaitu Allah yang Maha Agung.

Sebagai seorang yang beriman, kita harus mempercayai bahwa segala sesuatu itu telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wata’ala. Baik atau buruknya. Dan tidaklah Allah menurunkan suatu bencana terhadap suatu kaum kecuali Allah mempunyai maksud sebagai pelajaran bagi orang-orang yang mau memikirkannya. Kali ini, penulis nukilkan sebuah catatan dari seorang Abu Ubaed  tentang hubungan antara Bencana dan Maksiat yang penulis temukan di majalah Nikah volume 6 tahun 2008. Isinya tetap relevan dengan keadaan sekarang. Seperti jika kemaksiatan telah menjadi hal yang terang-terangan di suatu negeri, maka musibah akan melanda negeri itu. Maka telah kita lihat di negeri ini. Pornografi telah merajalela dimana-mana. Oleh sebuah badan survey dikatakan 97% remaja kita telah menyaksikan media pornografi, 60% remaja putri kita dikabarkan telah hilang keperawanannya. Ini menunjukkan perilaku seks bebas atau perzinaan yang telah akut diderita oleh bangsa kita. Selain itu, masih banyak hal lainnya yang akan dikupas oleh Abu Ubaed berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist Shahih. Semoga kita bisa merenunginya.

Antara Bencana Dan Maksiat
Oleh: Abu Ubaed

Kemaksiatan sebagai sumber malapetaka di akhirat adalah suatu keyakinan yang jelas disepakati oleh seluruh kaum muslimin. Namun, kemaksiatan sebagai sumber bencana dan musibah di dunia, mungkin merupakan keyakinan yang harus dijelaskan kepada sebagian orang.

Berbagai bencana dan musibah bertubi-tubi melanda kaum muslimin di negeri ini. Gelombang pasang tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir bandang, lumpur panas, angin topan, dan lain-lain. Semuanya itu menunjukkan kepada kita akan lemahnya makhluk Allah, terutama manusia. Namun, adakah di antara mereka yang mau melihat tanda-tanda kebesaran Allah ini dan mengambil pelajaran darinya?

HIKMAH SUATU BENCANA

Allah Subhanahu wata’ala adalah Dzat Yang Maha Bijaksana. Setiap syariat dan takdir yang Dia tetapkan pasti mengandung hikmah yang sangat agung, baik diketahui oleh manusia maupun tidak diketahui.
Tatkala Allah menciptakan dua makhlkuk-Nya, jin dan manusia, Dia menjjelaskan bahwa hikmah terbesar adalah agar mereka beribadah kepada Allah. Dan demikianlah, ketika Allah menimpakan suatu musibah dan bencana, maka hikmah terbesar darinya adalah agar mereka kembali beribadah kepada Allah. Hikmah yang sesuai dengan tujuan penciptaan mereka. 

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَ الْبَحْرِ بِمَا كََسَبَتْ أَيْدِيْ النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ (الروم:41)

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Rum:41)

MAKSIAT SEBAB BENCANA

Ini artinya, Allah menimpakan bencana dan musibah kepada suatu kaum Karena mereka jauh dari Allah Subhanahu wata’ala, karena mereka banyak bermaksiat kepada Allah Subhanahu wata’ala. Jadi, janganlah kta tertipu oleh perkataan orang-orang kafir yang menyatakan bahwa bencana dan musibah ini terjadi karena semata-mata gejala alam, perubahan iklim, dan lain sebagainya. Akan tetapi yang benar, Allah-lah yang menimpakan bencana ini kepada hamba-Nya, dan hal itu adalah karena kemaksiatan yang mereka lakukan.

Abul ’Aliyah Rahimahullah berkata, “Siapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi berarti dia telah membuat kerusakan di muka bumi. Karena kebaikan bumi dan langit-langit hanyalah dengan ketaatan.”[1]

Hal ini diperkuat dengan sabda Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam berikut,
“Wahai kaum muhajirin! Ada lima perkara jika kalian tertimpa dengannya, aku berlindung kepada Allah agar kalian tidak mengalaminya. Jika perbuatan zina telah tampak pada suatu kaum sehingga dilakukan terang-terangan, maka akan menyebar penyakit tha’un (menular) dan penyakit  yang belum pernah menimpa orang-orang terdahulu. Jika mereka mengurangi takaran dan timbangan, maka mereka akan ditimpa dengan kekeringan, beban hidup yang berat dan kezhaliman penguasa. Jika mereka tidak menunaikan zakat harta mereka, maka mereka akan terhalangi dari hujan. Seandainya bukan karena binatang ternak, mereka tidak akan duhujani. Jika mereka membatalkan perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan memberikan kekuasaan kepada musuh-musuh mereka dari golongan selain mereka, sehingga mereka (musuh-musuh itu) akan merampas sebagian yang ada pada mereka. Jika para pemimpin mereka tidak menghukumi dengan kitabullah dan tidak mencari kebaikan dari apa yang Allah turunkan, maka Allah akan menjadikan musibah mereka ada dia antara mereka.”[2]

KEMBALI KEPADA ALLAH

Jika demikian, maka tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh sebagai solusi atas bencana yang menimpa ini kecuali dengan kembali beribadah kekpada Allah dengan syari’at yang disyampaikan oleh utusan-Nya yang mulia Shallallahu ‘alaihi wasallam. Adapun semata-mata pembenahan, perbaikan dan penjagaan lingkungan hidup tanpa disertai pembenahan akidah, ibadah dan akhlak umat, adalah usaha yang tidak akan membuahkan hasil yang hakiki.

Ibnuy katsir Rahimahullah berkata, “Oleh karena itu, ketika Isa bin Maryam  ‘alaihi salam turun di akhir zaman, dia menghukumi dengan syariat yang suci ini (Islam). Dia membunuh babi, mematahkan salib, menghapus jizyah, yakni meninggalkannya sehingga tidak diterima (dari orang kafir) kecuali masuk Islam atau diperangi. Lalu pada zaman beliau Allah membinasakan dajjal dan para pengikutnya serta ya’juj dan ma’juj. Ketika itu dikatakan kepada bumi ini, keluarkanlah barakahmu. Sehingga dari satu buah delima bisa dimakan oleh sekelompok manusia dan mereka bisa bernaung denga kulitnya. Susu dari seekor onta cukup untuk sekelompok manusia. Hal itu tidak lain Karena barakah dari pelaksanaan syariat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wsallam.[3] Maka setiap kali keadilan ditegakkan, barakah dan kebaikan akan semakin banyak. Oleh karena itu, telah ada dalam kitab shahih[4], “Sesungguhnya seorang yang fajir (orang yang suka bermaksiat) jika meninggal dunia, maka seluruh hamba, negeri, pepohonan dan binatang-binatang akan merasa tenang.”[5]

SYIRIK SEBAB TERBESAR

Para ulama sepakat, bahwa syirik adalah dosa dan kemaksiatan terbesar. Dosa ini tidak akan diampuni oleh Allah kecuali dengan taubat dan tauhid. Maka termasuk perkara yang mengherankan sekaligus memilukan hati orang yang beriman, berbondong-bondongnya manusia kepada mbah anu atau mbah itu, untuk meminta perlindungan kepada mereka dari bencana ini. Atau mengusulkan kepada pemimpin suatu kaum untuk diruwat agar kaum itu selamat dari terhindar dari bencana.

Apakah mungkin, makhluk yang penuh dengan kelemahan dan kebutuhan ini mampu menandingi Allah yang Maha Perkasa dan tidak butuh kepada seorang pun?!

Maka ambillah sebagai pelajaran wahai orang-orang yang berakal. (abuUbaed)


[1] Tafsir Ibnu Katsir 3/454.
[2] Riwayat Ibnu Majah, di-hasan-kan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 106.
[3] Semua yang beliau sampaikan disini wajib kita yakini, karena berdasar kepada hadits-hadits yang shahih. Lihat di anataranya dalam kitab Asyrath as-Sa’ah hlm. 361-363.
[4] Yaitu shahih al-Bukhari.
[5] Tafsir Ibnu Katsir 3/454.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda