Senin, 17 Agustus 2009

Ia... Yang Selalu Menunggu Kita

Di suatu saat adalah seorang hamba Allah dia pergi jalan-jalan di tepi hutan. Sedang dia menghirup udara rimba yang segar itu, tiba-tiba dia mendengar suatu bunyi...Aummm!!! Bunyi harimau yang kelaparan dan hanya menuggu mangsanya saja. JAdi hamba Allah inipun lari untuk menyelamatkan diri. Harimau itu terus mengejar, kejar, kejar dan terus mengejar. Hamba Allah ini takut, kalang kabut berlari.


Sempat juga dia berdoa agar dia diselamatkan dari terkaman harimau tadi, dengan kuasa Allah diperlihatkan sebuah perigi di depan matanya. Jadi untuk menyelamatkan diri si hamba Allah inipun terjunlah kedalam perigi. Perigi itu adalah tali dan sebuah timba. Si Hamba Allah ini bergayut pada tali itu. Tali itu pendek jadi dia bergantungan di tengah-tengah perigi. Di mulut perigi harimau yang lapar itu menunggunya. Si hamba Allah pun berpikir bagaimana akan selamatkan diri, samabil berdoa kepada Allah agar ia diselamatkan. Tengah berpikir bagaimana selamatkan diri tiba-tiba terdengar riak air berbunyi di bawah perigi.

Aaaaa!!! YA Allah.... makin seram dibuatnya, ingin tahu apa dibawah itu?? ada 2 ekor buaya yang kelparan. apakah nasib sudah jatuh tertimpa tangga pula. Makintaku si hamba Allah itu. Atas ada harimau, bawah ada buaya. Semakin takut dan risau. Tengah berpikir untuk mencari jalan keluar, tiba-tiba keluar seekor tikus putih di celah-celah perigi naik ke atas lewat tali yang hamba Allah itu bergelayut. Sampai diatas tikus itu menggigit tali pula.

"Cis, Kuarang ajar tikus nih ahhh..." Bagaimana ini? setelah itu keluar tikus warna hitam naik mengikuti tali tadi, Cit, Cit, Cit sampai keatas tikus hitam itupun menggigit tali itu. "Cis, satu lagi apa yang harus kulakukan...." Kalau naik keatas akan dimakan oleh harimau, kalau menunggu tali akan putus dan jatuh kebawah di makan oleh buaya.

Bagaimana ini.... saat hamba Allah itu berpikir bagaimana untuk selamatkan dirinya, terdengar satu bunyi, ...uuu...!!! Bunyi lebah madu. Si hamba Allah inipun mendongak ke langit melihat lebah yang sedang membawa madu.

Tiba-tiba setetes madu terjatuh dan langsung masuk ke dalam mulut si hamba Allah itu tadi. Punyalah nikmat, sehingga tidak terkata. Hamba Allah itu berkata, "fih manisnya madu ini, tak pernah kurasa semanis ini sedapnya. Subhanallah sungguh sedap." Karena setitik madu hamba Allah lupa akan harimau yang ada di mulut perigi, sedang menunggunya, juga pada buaya yang menantinya di bawah.

Kawan...
Kalau semua ingin tahu, si hamba Allah itu adalah maut kita. Ajal memang senantiasa mengejar kita. Senantiasalah mengingat-ingat. Dua ekor buaya itu adalah ibarat malaikat Munkar dan Nakir yang menanti kita di dalam kunur nanti. Tali tempat hamba Allah bergelayut adalah rentang hidup kita, kalau pendek talinya maka pendeklah umur kita dan kalau panjang talinya maka panjang pula umur kita.

Tikus putih dan hitam itu adalah dunia kita, siang dan malam yang senantiasa mengikis umur kita. Madu yang jatuh setitik ke dalam mulut hamba tadi adalah nikmat dunia. Setitik saja madu itu terjatuh ke dalam mulut, dia lupa akan harimau dan buaya.

Seperti halnya kita semua. Bila dapat nikmat sedikit saja lupa pada Allah. Waktu susah barulah kita ingat pada Allah, Astaghfirullah.... irhamna.... Ya Rabb.... irhamna....

Kawan
Ini semua hanyalah sebuah pengingat bagi kita semua... Mari...kita segera bermuhasabah diri dan kita camkan bahwa
BESOK KITA PASTI MATI...!!!
(Ammatullah'09)

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda